Senin, 25 Oktober 2010

"ULANG TAHUN"

setiap tahun, ya,,, mungkin pada umumya setiap orang selalu menantikan hari kapan kita dilahirkan.
tahun pertama, kedua, ketiga, mungkin ada juga yang sampai tahun yang keseratus atau lebih. saya sendiri selalu merasakan hal yang sama, saya sendiri merasakan sangat menanti tanggal kelahiran saya, hingga umur tujuh belas tahun saya selalu ingin merayakan hari ulang tahun saya.
mewah, ataupun sederhana yang penting saya rayakan.

umur saya sudah menginjakan kepala dua. nampaknya saya sudah memiliki perasaan berbeda, tidak lagi saya merasakan hal yang sangat mengebu-gebu untuk menanti hari kelahiran saya.
mungkin karena umur saya sudah tidak muda lagi, tanggung jawab saya pun semakin besar untuk saya sendiri dan orang lain.

cukup ucapan dari keluarga, saudara, dan kawan saya, hal itu sangat menggembirakan saya sekaligus menyedihkan. mungkin saja sebagian orang senang, karena bisa berpesta, mendapatkan kado spesial, jalan-jalan, dan hal lainnya yang bisa menguras uang yang pastinya tidak sedikit.

dan sekarang saya hanya bisa bersyukur ketika saya masih diberi umur, masih bisa berkumpul bersama keluarga, saudara dan kawan saya.

mungkin ini yang perlu saya ingat,,,
"dimana ketika anda berulang tahun dengan pesta yang sangat menyangkan, kelak ditahun-tahun kemudian anda akan merasa sedih dihari ulang tahun and, karena umur anda mulai tua" yang ada hanya pikiran setua apakah saya, dan apa yang telah saya lakukan hingga saya tua,???

saya kutip dari kawan saya Hibban Faturrahman "kita berhenti bermain bukan karena tua, tapi kita tua karena berhenti bermain"

Untuk kawan-kawan disana, tetaplah hidup untuk semangat,,,
dan pasti selalu ada cerita tentang matahari kita,,,

Minggu, 17 Oktober 2010

satu cerita tentang puncak Priangan Timur

GARUT....

tempat saya dilahirkan,
keluarga besar saya hampir sebagian besar berada di daerah yang cukup dingin, bagi saya mungkin sangat dingin. terkenal pula dengan buah tangannya, makanannya, budaya, dan wisata.

yang saya tau pusat kota Garut dikelilingi oleh banyak pegunungan, terutama gunung-gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif (mati).
wajar saja jika saya berargumen kalo cuaca disini sangat dingin.

kali ini cerita tentang puncak tertinggi Garut, sekaligus tertinggi se-Priangan Timur,
Gunung Cikuray, ketinggian 2818 mdpl. saya pernah mendaki puncak gunung ini ketika saya SMA, barsama kawan-kawan pecinta alam di SMA saya. itu dulu waktu SMA, tapi sekarang saya kembali lagi ke dataran garut, tentunya berbeda pula tujuannya, saya berniat main saja dan sakalian hunting foto.

ketika itu saya ditemani oleh seorang kawan saya, hey...
kembali dengan si Hibban Faturrahman. dan tentunya saya belajar foto lenskep. sore hari kita memulai hunting kedaerah yang tentunya terlihat si" segitiga strato yang megah" Cikuray. Panawuan, disini kita bisa melihat dengan jelas Gunung Cikuray dan Gunung Guntur.

karena kita datangnya sore jadi otomatis ketika itu matahari ingin pulang dari kerjanya, dan tepat menyinari gunung Cikuray, tapi kayaknya kalo pagi, matahari menyinari gunung Guntur.
jadi tinggal pilh, kalo mau Cikuray berarti sore, tapi kalo mau Guntur ya pagi hari.

indahnya matahari, langit dan gunung Cikuray yang tampak jelas urat-uratnya.

tidak berfikir panjang,,,
langsung bantai!!!!!

Thank's again for iban dan mataharinya....



Cikuray.1 Cikuray.2 Guntur

Kembali lagi...

ya...!!!
tiba-tiba saya bersemangat lagi berfoto lenskep, setelah sebelumnya saya tidak begitu bersemangat karena cuaca yang selalu mendadak berubah-ubah...

dan ternyata setelah saya pikir-pikir, bukan cuaca yang menjadi halangan untuk membuat suatu karya, jika kita niat pasti bisa,,,
jadi, "jangan salahkan cuaca"....

saya akui saya memang sangat menyukai cuaca yang cerah, matahari, langit biru, kabut pagi, apalagi gutasi pada ujung-ujung rerumputan pagi hari, di tambah sinar matahari.
tapi sekarang jarang sekali terjadi hal seperti itu.

sore hari, tepatnya tanggal 11 Oktober 2010, kawan saya Hibban Faturahman "si jago" motret mengajak saya bermain,
apalagi selain motret...
kita pergi kedaerah lembang, nama tempatnya Ciwangun. tempat yang dipenuhi hutan pinus, ada juga peralatan outbond, dan tempat menginap.

sampai disana saya masih kurang bersemangat, tapi melihat kawan ku ini begitu bersemangat, sampai lari-lari sana sini, "on fire" banget...
sayapun mulai terbakar semangat, masa saya bermain kesini hanya diam dan melihat tingkah laku kawan saya yang bikin pusing...
mending saya ikutan motret!!!!
dipinjamkannya si "fish eye", dan saya pun belajar menggunakan si"fish eye"...
ya hasilnya biasa sih, maklum masih belajar.

Kembali saya sangat berterima kasih pada kawan saya yang satu ini....

Makasih ya guru....!!!hhehehe
saya akan tunjukan karya yang lebih baik!!!untuk INDONESIA...

Selasa, 07 September 2010

Belajar Lenskep (Indahnya Alam Indonesiaku)

akhirnya setelah sekian lama saya bisa juga memulai belajar foto Lenskep, stelah sebelumnya saya hanya menghabiskan shutercount kamera orang lain dan menghabiskan space hard disk saya dengan berbagai macam foto yang bisa dibilang hanya begitu-begitu saja.
Hibban Faturrahman!!!!
orang yang mau menyempatkan waktu dan berbagi ilmu foto Lenskepnya kepada saya,
bagi saya ini merupakan hal yang sangat-sangat mahal, berhubung yang saya ketahui belajar foto itu memang sangat mahal bagi saya, dan sangat menghabiskan waktu saya sebagai mahasiswa. tapi saya sangat beruntung karena saya bisa menjadi salah satu anggota Fotografi SPEKTRUM Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas padjadjaran, disana saya memulai belajar dasar-dasr fotografi, dan yang paling penting saya mendapat teman-teman baru yang memang salah satu hobi dari kami sama yaitu Fotografi.
keberuntungan saya berlanjut ketika saya mengenal Hibban Faturrahman yang juga satu UKM, dan kebetulan satu Fakultas dengan saya.
Hal ini membuat intensitas pertemuan saya dengan beliau bisa di bilang sering.
pertama saya memang canggug untuk memulai belajar foto, mungkin karena saya berbeda angkatan. obrolan kami awalnya tentang daerah-daerah yang memang asik untuk dikunjungi bermain.

Oke!!! saya mulai memberanikan diri untuk bicara tentang foto, saya meminjam lensa untuk meningkatkan hasil dari kamera saya.
disitu ternyata beliau mungkin sudah bisa mempercayai untuk berbagi ilmu dengan saya.
mungkin itu cerita singkat pertemanan saya dengan Hibban Faturrahman.

malam hari ketika saya sedang berkumpul dikosan bersama kawan-kawan, rencana yang memang selalu mendadak, iban mengajak saya untuk bermain ketempatnya di Cicalengka, disana ada satu tempat yang cukup terkenal di daerah Bandung.
Curug Cinulang....
tempat dimana saya memulai belajar foto lenskep!!!
saya sangat menyambut tawaran iban, tak berpikir panjang saya langsung menyetujui, dan merencanakan pagi hari untuk berangkat kesana.
kurang lebih pada pukul 8 pagi, saya sudah bersiap-siap untuk belajar, ya! tentunya belajar foto. dengan bermodal kamera pinjaman kawan saya Febi, kita langsung berangakat menuju curug.


Sabtu, 26 Juni 2010

"Hidup Keluarga disekitar Panas Bumi (geothermal)"














































Berawal, ketika saya melakukan kuliah lapangan di daerah Kabupaten Garut, Desa Telaga, Kecamatan Pasirwangi.
ketika itu saya berjalan menyusuri perkebunan Kol, dan disekitar perkebuna Kol ada sebuah rumah panggung yang tidak begitu besar, dengan halaman yang tidak luas juga, cukup anak kecil untuk sekedar bermain karet,dan berlari-lari.
Rumah panggung tersebut dihuni oleh dua keluarga. matapencaharian keluarga tersebut bekerja sebagai buruh kebun.
tak banyak kegiatan para orangtua disana, dari pagi mereka hanya pergi ke kebun, lalu sore harinya kembali pulang. sepertinya biasa saja, tapi ketika saya melihat apa yang mereka kerjakan mungkin untuk saya sendiri berat sekali. mereka membawa berkil0-kilo bahkan ,mungkin mencapai 100kg sayur-sayuran dan rerumputan dari kebun yang ada dibawah menuju atas pemukiman untuk disimpan dirumah pemilik kebun. hal tersebut hanya dilakukan satu orang saja, pria maupun wanita.
Tapi ketika para orangtua itu selesai bekerja, tampaknya raut wajah mereka sama sekali tidak terlihat lemas, malahan mereka tersenyum ketika anak-anaknya menyambut mereka seusai bekerja.
senyum dari anak-anak mereka ternyata obat rasa lelah mereka seusai bekerja.
ini hanya dari sudut pandang saya, lingkungan mereka yang banyak sekali potensi untuk bertani, bahkan hasil alam yang begitu besar, mereka pertahankan sendiri dari eksploitasi industri-industri. bahkan sekarang mereka masih bertahan hidup diantara industri Panas Bumi (geothermal). bagaimana masa depan sang anak?,
anak-anak yang sekarang bisa tertawa lepas, dan bermain didepan halaman rumah mereka, apakah itu akan berlanjut?,,,

Jumat, 18 Juni 2010

Iwan Armansjah Abdulrachman, atau biasa dipanggil Abah Iwan atau Iwan OmpongSumedang, 3 September 1947) adalah penyanyi dan penggubah lagu. Iwan adalah penempuh rimba yang tangguh, pendekar silat, aktivis pecinta alam, penggiat lingkungan hidup, olahragawan, aktivis pemuda hingga pelatih militer.
(lahir : Desa Karangnangka,

Lagu-lagu gubahan Iwan yang diantaranya dipopulerkan oleh Vina Panduwinata dan grup musik Bimbo, merupakan hasil dari perenungan, pengalaman, dan pengamatan hidupnya, antara lain:

  • Akar
  • Anak Tarzan
  • Anggrek Merah
  • Angin November
  • Api Unggun
  • Balada Seorang Kelana
  • Balada Seorang Prajurit
  • Bulan Merah
  • Burung Camar
  • Cerita Buat Orang Yang Lupa
  • Detik Hidup
  • Doa (Januari Kelabu)
  • Duha
  • Flamboyant
  • Harap Kau Tahu
  • Hymne Siliwangi
  • Hymne Universitas IBA
  • Hymne Universitas Mulawarman
  • Hymne UNPAD
  • Hymne Wanadri
  • Jangan Bunuh Aku
  • Jiwa Yang Tenang
  • Kau
  • Kau Memang Milikku
  • Langit Yang Sepi
  • Lembayung Senja
  • Madah Rasul
  • Mars Pengembara
  • Mars Wanadri
  • Mawar Terbiru
  • Melati Dari Jayagiri
  • Melati Putih
  • Mentari
  • Musim Bunga
  • Nada Yang Terbening
  • Nyanyian Langit
  • Pengembara
  • Pohon Randu
  • Prajurit Garuda
  • Sejuta Kabut
  • Senja di Bandung Utara
  • Seribu Mil Lebih Sedepa
  • Surat
  • Tajam Tak Bertepi
  • Tapak-tapak
  • Tentara
  • Tragedi
  • Virgin in Bali


Pesisir Garut Selatan

Pantai Puncak Gua

Pantai Puncak Gua

Pantai Puncak Gua terletak di Desa Rancabuaya, Kecamatan Caringin Garut. Seperti halnya pantai-pantai di Selatan Jabar, pantai Puncak Gua memiliki kecuraman yang tinggi dan bergelombang besar. Namun di beberapa tempat pinggiran pantainya dibentuk oleh bebatuan karang yang landai, yang menjadi tempat persembunyian ikan-ikan kecil dan penghuni karang lainnya.

Tempat yang berjarak sekitar 200 meter dari Pantai Rancabuaya ini berada di ketinggian tebing pantai yang sangat curam, seperti halnya tebing Ulu Watu di Bali. Karena ketinggiannya itulah, sejauh mata memandang akan terlihat pemandangan laut dan pantai yang sangat indah.

Bukan hanya itu, di Puncak Guha sejatinya memang menjadi puncak goa yang dihuni ratusan bahkan mungkin ribuan kelelawar. Karena itulah, masyarakat setempat menyebutnya Guha Lalay. Goa itu dari atas terlihat kecil, namun ketika diterawang tampak lengkungan mulut goa yang membesar ke dasarnya. Dari dasar goa itulah, terdengar deburan ombak yang terus menerus berbaur dengan suara kelelawar. Berdasarkan keterangan masyarakat setempat, Guha Lalay memang menembus karang yang memanjang dari dasar pantai ke puncak bukit.